Blogger dan Dunia Pariwisata
Jutaan manusia, mengintip keindahan alam, atraksi budaya,
kuliner serta gaya hidup lewat layar sentuh digenggaman tangannya. Ini gaya
hidup modern. Manusia tak terhindarkan dari multitasking. Gambar gambar cantik,
dipandang mata lalu tersimpan dalam memori ingatan. Lalu lahirlah keinginan untuk sampai di suatu
tempat di mana keindahan itu bisa diraih. Entah itu dalam kesendirian atau
bergerombol bersama teman dan keluarga.
Telepon pintar saat ini bukan barang mahal. Dengan duit di bawah 1.000.000
orang sudah bisa membeli perangkat telepon pintar. Dengan perangkat itulah
kemudian berbagai aktivitas bisa dilakukan. Menelepon, browsing, chatting, SMS,
serta melakukan transaksi lain sesuka hati.
Bagi dunia pariwisata, keberadaan jutaan manusia pengguna
telepon pintar adalah pasar potensial. Kabar tentang tempat tempat cantik,
atraksi budaya, situs bersejarah, bahkan keunikan keunikan tradisi di suatu
tempat bisa dipasarkan lewat dunia maya. Gaya promosi sudah berubah. Tidak bisa
lagi kita mengandalkan cara cara manual dalam memasarkan penjualan pariwisata.
Keberadaan dunia maya membuat dunia terhubung satu dengan lain. Dalam hitungan
detik kita bisa menyaksikan berbagai peristiwa yang terjadi di belahan dunia
lain. Kondisi inilah yang kemudian mendorong beberapa orang seperti Fathul
Rahman seorang jurnalis muda, Ichan
seorang pekerja entertainment, dan kawan
kawan lainnya mendorong diadakannya kegiatan berbau promosi pariwisata lewat dunia
maya. Kegiatan ini dibagi dalam dua bagian, yang pertama adalah Blogger time
dan yang kedua Social Media Camp. Dua
buah kegiatan yang dihajatkan untuk menembus batas batas promosi pariwisata
yang selama ini berkutat seputar baliho pamphlet serta buku saku yang biasanya
dicetak terbatas dan dibagi kepada orang orang yang tidak membutuhkan.
Bagi saya kegiatan Blogger time harus dilakukan secara
kontinyu atau terus menerus. Pertemuan pertemuan diantara para blogger harus
dibangun dalam satu visi lalu didukung
oleh pemerintah. Para blogger serta para pengguna social media, adalah
potensi besar yang bisa menjadi alat promosi murah serta efektif di jaman ini.
Mereka biasanya dengan suka rela akan menuliskan berita atau kejadian kejadian
sederhana yang tidak memiliki ruang untuk diceritakan di media mainstream. Para
blogger menggunakan blog untuk menceritakan perjalanannya kartu apa saja yang
ditemukan diperjalanan. Mereka menceritakan susah dan senang. Mereka
mengabarkannya kepada dunia apa saja
yang mereka alami dalam sebuah perjalanan wisata atau kegiatan lainnya. Lagi
saya, berhentilah orang orang yang tidak mau memanfaatkan keberadaan para
blogger untuk tujuan tujuan positif yang salah satu contohnya adalah promosi
pariwisata. Para blogger termasuk dalam salah satu kekuatan yang bisa mengubah
opini orang.
Perhimpunan para blogger NTB dalam kegiatan sosial media
camp, harus dimanfaatkan begitu.
Pemerintah seperti harapan salah seorang blogger yang memberi saran pada saat
malam dialog antara bubar dan para blogger, harus memfasilitasi para blogger
dalam berbagai acara yang dilaksanakan. Paling tidak para blogger harus diberikan ruang, baik dalam peristiwa budaya atau agenda
seremoni lainnya. Setelahnya para
blogger berkewajiban untuk menuliskan pengalaman mengikuti kegiatan tersebut.
Millions of human beings, peek natural beauty, cultural attractions, culinary and lifestyle via the touch screen digenggaman hand. This modern lifestyle. Human inevitability of multitasking. Pictures of beautiful pictures, eye and then stored in memory recall. Then was born the desire to arrive at a place where the beauty of it can be achieved. Whether in solitude or clustered with friends and family. The smart phone is currently not cost-prohibitive. With money under 1,000,000 can buy a smart phone devices. With the variety of activities that can be done later. Calling, browsing, chat, SMS, and perform other transactions at will.
For the tourism world, where millions of people smart phone users is a potential market. The news about the beautiful places, cultural attractions, historic sites, unique traditions unique even in a place can be marketed through cyberspace. Promotion style has changed. We can no longer rely on the way the manual method in marketing tourism sales. The existence of the virtual world makes the world connect with each other. Within seconds we can see the various events happening half a world away. The condition is then pushed some people like Fath al Rahman, a young journalist, Ichan an entertainment worker, and his friends more encourage the holding of tourism promotion activities smelling through cyberspace. This activity is divided into two parts, the first is the time and the second Blogger Social Media Camp. Two activities that transcend boundaries dihajatkan for tourism promotion that had been struggling around billboards pamphlets and books are usually printed limited pocket and distributed to those who do not need.
For me Blogger time activities should be carried out continuously or continuously. Meeting meeting among the bloggers to be built in one vision and backed by the government. The bloggers and users of social media, is a great potential that could be a cheap and effective promotional tool in this era. They usually voluntarily will write news or events simple events that do not have space to be told in the mainstream media. The bloggers use their blogs to recount his journey any cards found in the wilderness. They told him thick and thin. They proclaim to the world what they have experienced in a sightseeing trip or other activity. I again, stop the people who do not want to take advantage of the presence of the bloggers for positive objectives which one example is the promotion of tourism. The bloggers are included in one of the forces that can change people's opinions.
Association bloggers NTB media camp in social activities, should be utilized so. Governments like the hope of one blogger who give advice during the night a dialogue between the dispersed and bloggers, should facilitate the bloggers in various events held. At least the bloggers should be given space, both in a cultural event or agenda other ceremonies. Afterwards bloggers obliged to write an experience the event
0 komentar