Pohon Lian : Yang Tersisa dari Masa Lampau

Traveling, adalah cara belajar paling efektif untuk menemukan atau mengantarkan kita pada kesadaran akan kehebatan Tuhan dengan karya indahnya. Dalam setiap perjalanan aka nada sesuatu yang baru dan berbeda. Meskipun saya beberapa kali menginjakkan kaki di Tanjung Aan, namun selalu ada hala menarik di kawasan itu. Entah itu keindahan, detail material pantai, atau ikan-ikan yang tiba-tiba berubah jinak mendekati saya saat menyentuh perairan yang dangkal. Begitu pula dengan sesuatu yang saya akan ceritakan berikut ini. Tentang perjalanan bebearapa waktu lalu bersama beberapa orang teman yang hobinya jalan-jalan. Saya tidak ingat berapa kali melakukan perjalanan dari arah Labuhan Lombok menuju utara. Tapi saya tidak tahu bawa di dalam perjalanan menuju utara dari Labuhan Lombok terdapat sekumpulan pohon pohon raksasa, yang berasal dari jaman lampau. Itulah pohon Lian.  Mungkin saja selama ini saya tertidur di perjalanan, hingga tak sempat melihat atau saya melihat tapi tidak pernah punya kesempatan untuk turun mengamati pohon-pohon besar tersebut. Pohon berukuran raksasa ini berada di pinggir jalan.
Tepatnya kumpulan pohon lian ini berada di dusun Menanggabaris, desa Gunung Malang, Pringgabaya, Lombok Timur. Lebih tepatnya lagi, hutan ini berada tepat di depan pantai Pidana. Konon nama pantai Pidana lahir karena kawasan tersebut merupakan milik Lapas Selong Lombok Timur.
Lokasi pohon ini memang baru-baru diperkenalkan atau menarik perhatian. Dulunya orang hanya sekedar lewat dan melihat dari dalam kendaraan sambil berdecak kagum. Kagum akan keindahan dan ukurannya yang besar. Saya dan teman-teman mnerasa kecil sekali berada di antara pohon-pohon ini. Rasanya seperti menjadi kurcaci seperti dalam film-film Holywood. Jika dulu kita gratis memasuki kawasan ini, sekarang setelah ramai dikunjungi warga setempat menarik uang parkir bagi para pengunjung. Di kawasan itu juga terdapat berugak atau saung-saung yang berderet, tempat pengunjung bisa duduk-duduk menikmati suasana yang nyaman.
Menurut penuturan orang lokal, tanaman ini ditanam oleh penjajah Belanda. Artinya pohon-pohon yang batangnya mencapai empat puluh sampai limapuluh meter dan diameter mencapai lima meter ini, telah berusia ratusan tahun. Sayangnya pohon yang dulu jumlahnya cukup banyak ini, tidak bisa berkembang biak. Dulunya pohon-pohon Lian jumlahnya mencapai ratusan dan tumbuh sampai kaki gunung dan bukit-bukit di sekitarnya. Sekarang  pohon-pohon ini sudah hapir punah. Orang –orang kampung menggunakan kayu ini menjadi perahu dan bahan bangunan. Untunglah pemerintah menjadikan areal pohon lian yang tersisa menjadi lahan konservasi
Jika menjadi kawasan konservasi, saya merekomendasikan agar kawasan ini steril saja dari gangguan para pengunjung. Sebab di sana-sini terlihat banyak coretan dan goresan tangan yang merusak keindahan dan keaslian pohon. Begitu juga dengan keberadaan berugak yang sejatinya akan mengganggu kalau tidak boleh dibilang merusak keberadaan pohon-pohon yang tersisa.
Kini lokasi ini banyak dijadikan tempat shooting video klip lagu daerah atau  photo pre-wedding. Bagi yang mau berkunjung tolong jangan ganggu dengan mencorat-coret pohon ini. () -03

Share:

0 komentar